Oleh: Yaya Mulyamantri
Bahasa dapat kita klasifikasikan menjadi empat tingkatan, yaitu: bahasa ibu atau dalam istilah bahasa Inggris disebut mother tongue, bahasa daerah, bahasa nasional, dan bahasa internasional. Di zaman globalisasi saat ini bahasa sangat penting, agar kita tidak ketinggalan informasi kita sebaiknya menguasai keempat klasifikasi tersebut. Bahasa ibu sebagai bahasa yang digunakan di rumah; bahasa daerah digunakan di lingkungan tempat tinggal; bahasa nasional biasanya digunakan di lingkungan pemerintahan, pengadilan, pendidikan dan lainnya (bersifat formal) sebagai bahasa persatuan; dan bahasa internasional digunakan untuk berinteraksi dengan masyarakat dunia untuk mendapatkan informasi lebih banyak lagi.
Sebagai mahasiswa kita seharusnya menguasai keempat bahasa tersebut karena bahasa ini sangatlah penting sebagai alat untuk mendapatkan banyak informasi. Tetapi sekarang kita tidak akan mengulas keempat bahasa ini, kita akan lebih menyoroti bahasa ibu (mother tongue) khususnya bahasa sunda yang sudah memiliki banyak perubahan. Sebagai orang sunda kita harus menyoroti pergeseran bahasa sunda baik secara makna maupun penggunaannya. Kita sekarang banyak menemukan kosakata sunda yang digunakan tidak pada tempatnya.
Bahasa ibu biasanya dianggap sebagai bahasa yang pertama dikenal dan diajarkan di rumah. Bahasa ibu biasanya sangat berhubungan erat dengan mother talk atau baby talk. Sebagai masyarakat Jawa Barat yang dilahirkan di Bandung seharusnya kita mendapatkan bahasa sunda sebagai mother tongue. Tetapi fenomena sekarang ini banyak orang tua yang mengajarkan anaknya bahasa Indonesia yang sebenarnya berfungsi sebagai bahasa nasional. Sebenarnya masih ada orang tua yang mengajarkan bahasa sunda tetapi sudah memiliki banyak pergeseran baik penempatannya maupun maknanya.
Sebelum mengulas lebih lanjut, sebaiknya kita flashback bagaimana sejarah bahasa sunda. Bahasa sunda diresmikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1912 dan tercatat dalam World Language Report dari UNESCO ETXEA yang berpusat di Bilbao Basque Country pada tahun 2001 (melalui kuesioner). Bahasa sunda telah lama diteliti sejak tahun 1912 bahkan sampai diadakan Kongres Bahasa Sunda tahun 1952 dan akhirnya kita mengenal bahasa sunda saat ini yang telah memiliki pergeseran makna.
Sebenarnya pergeseran bahasa sunda sudah ada sejak dulu, seperti kosakata serapan dari bahasa Cina: ci artinya cai, ngawuluku (wu: lima, ku: jenis padi, lu:bajak, dan kia: yang diteriakan kepada kerbau) artinya membajak sawah, seka (si-ka) artinya mencuci sedangkan mencuci muka: sibeungeut (si-bing-e). Apakah sekarang ada pergeseran bahasa yang baru? Tetapi sekarang kita lebih banyak melihat pergeseran dalam makna dan penempatan bukan dalam pergeseran bahasa khususnya bahasa serapan. Jadi, apa yang harus kita lakukan sebagai orang sunda?
Di dunia kampus khususnya, kita akan banyak menemukan beberapa kejanggalan dalam berbahasa khusunya bahasa sunda. Memang benar, tidak semua mahasiswa di Bandung atau Jawa Barat seorang Sudanese, tetapi sebaiknya sebagai orang sunda kita harus memeliharanya dengan cara berkomunikasi dengan bahasa sunda kepada orang sunda lagi tentunya. Namun demikian, bahasa Indonesia tetap digunakan sebagai komunikasi dalam ruang pendidikan bukan bahasa pergaulan sehari-hari di kampus.
Mengapa kita harus memelihara bahasa ibu? Menurut penelitian 6000 bahasa di dunia 50% akan punah. Indonesia yang memiliki sekitar 731 bahasa berpeluang punah sampai sekarang khususnya bahasa daerah. Salah satu penyebabnya adalah kurang kompetennya generasi muda dalam berbahasa khususnya bahasa ibu. Oleh karena itu, mari kita pelihara bahasa ibu bukan hanya bahasa sunda tetapi kita pelihara bahasa ibu masing-masing.
Untuk mengatasi problem ini UNESCO mencanangkan Hari Bahasa Ibu Internasional sejak tahun 1991. Peringatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran terhadap bahasa ibu. Karena bahasa ibu, bahasa sunda khususnya berperan sebagai bahasa budaya berbeda dengan bahasa nasional (Indonesia) sebagai contoh, orang sunda akan menjawab bersin dengan kata hurip waras atau dalam bahasa Inggris bless you.
Mari kita budayakan bahasa ibu di kampus-kampus sebagai bahasa pergaulan. Peringatan Hari Ibu Internasional bisa kita jadikan alat untuk memelihara bahasa ibu dengan diadakan diskusi-diskusi atau acara-acara yang mendukung terhadap existence mother tongue. So, berbahasa ibu di kampus, mengapa tidak?
Penulis adalah mahasiswa S1 jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UIN SGD Bandung
Senin, 20 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar